Penyelenggaraan pendidikan nasional tidak semata mentransfer ilmu dan pengetahuan serta teknologi kepada peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan harus bisa menumbuhkan semangat kebangsaan sebagai warga bangsa dengan karakter ke-Indonesia-an. Menanamkan pendidikan berkarakter tidaklah mudah. Diperlukan proses yang panjang dalam membangun karakter itu sendiri. Watak atau karakter peserta didik terbangun ketika ada sebuah system yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah atau school culture.
Seperti contoh di Yayasan Soposurung yang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dirintis oleh TB Silalahi. Sekolah dengan misi membangun karakter itu, setiap tahun merekrut 40 siswa berprestasi dari sekitar Sumut untuk disekolahkan di SMAN 2 Soposurung, Balige, dan diasramakan di asrama yang disediakan selama mereka sekolah di SMA. Semuanya dengan biaya gratis. Mereka memperoleh fasilitas tempat tinggal, makan, seragam yang dipakai di asrama, kegiatan ekstrakurikuler, fasilitas ruang komputer dan internet. Di asrama para siswa mengikuti berbagai aktivitas atau pun kegiatan ekstrakurikuler.
Secara sederhana pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan sehingga mempengaruhi karakter anak-anak yang diajar. Namun secara lebih fokus, kita lihat seperti yang diutarakan Dr Thomas Lickona mengenai definisi Pendidikan Berkarakter, bahwa “pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.” Dalam bukunya, Educating for Character,1 Dr Lickona menegaskan bahwa “Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar – bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam. ”
Apa yang dikemukan dalam model Dr Lickona adalah bahwa hal itu menggambarkan proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan dengan demikian menyediakan dasar yang terpadu untuk struktur yang koheren dan komprehensif. Ini memberitahu kita bahwa kita perlu terlibat dalam kegiatan anak-anak kita yang membuat mereka berpikir kritis tentang pertanyaan-pertanyaan moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen untuk tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk mempraktekkan perilaku moral dan etika.
Tujuan pendidikan berkarakter adalah mengembangkan pemikir independen yang memiliki komitmen moral dalam kehidupan mereka, dan yang cenderung melakukan hal yang benar bahkan dalam keadaan menantang. Inisiatif Pendidikan Berkarakter bisa sangat sederhana, seperti salah satu guru yang baik melakukan beberapa hal dengan benar, atau mereka dapat menjadi sangat rumit, melibatkan semua orang dan segala sesuatu di sekolah. Apa yang dilakukan mungkin akan tergantung pada keadaan.
Kebijakan populer berpendapat bahwa cara terbaik untuk menerapkan pendidikan karakter adalah melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan pembangunan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Pendekatan ini juga dikenal sebagai Reformasi sekolah keseluruhan, dan itu adalah masalah besar. Berikut adalah beberapa fitur yang membedakan model holistik:
• Segala sesuatu di sekolah ini disusun di sekitar pengembangan hubungan antara dan di kalangan siswa, staf, dan masyarakat.
• Sekolah adalah komunitas pelajar peduli di mana ada ikatan yang terasa menghubungkan siswa, staf, dan sekolah.
• pembelajaran Sosial dan emosional ditekankan sebanyak pembelajaran akademis.
• Kerjasama dan kolaborasi antar siswa ditekankan atas persaingan.
• Nilai-nilai seperti keadilan, menghormati, dan kejujuran adalah bagian dari pelajaran sehari-hari dalam dan diluar kelas.
• Siswa diberi kesempatan yang luas untuk mempraktekkan perilaku moral melalui berbagai kegiatan seperti Belajar Melayani.
• Disiplin dan pengelolaan kelas berkonsentrasi pada pemecahan masalah daripada imbalan dan hukuman (Reward and punishment)
• model lama yang berpusat pada guru kelas ditinggalkan dan diganti menjadi kelas demokratis di mana guru dan siswa kelas mengadakan pertemuan untuk membangun kesatuan, menetapkan norma-norma, dan memecahkan masalah.
Referensi
topatopeng.smamda.org/2009/09/.../pendidikan-berkarakter-i/
Suara Pembaruan
jeefuu.net
wijayalabs.wordpress.com/2009/.../pendidikan-berkarakter
Tidak ada komentar:
Posting Komentar