Pendidikan Indonesia sekarang ini mengalami kemunduran dan ketertinggalan dari Negara lain. Indeks Pendidikan Pembangunan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Dengan demikian menempatkan Indonesia di urutan ke-69 dari 127 negara. Menurunnya Index Pendidikan Pembangunan untuk semua atau Education for All dari urutan 65 menjadi 69 menandakan bahwa rendahnya mutu pendidikan yang dialami Indonesia sekarang ini. Walaupun urutan Indonesia jauh lebih baik dari Filipina (85), kamboja (102), india (107), dan laos (109), tetapi berada jauh dari baik dan mengalami kemunduran. Ketertinggalan Indonesia dari Brunei Darussalam yang menempati urutan 34 dan Malaysia menempati urutan 65 menjadi hal yang tidak mungkin Indonesia akan semakin tertinggal dari Negara lainnya. Akhir-akhir ini Indonesia dikenalkan dengan istilah pendidikan karakter yang dianggap bisa meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Dengan demikian perlu dibangunnya pendidikan karakter berbangsa dan bernegara untuk Indonesia. Hal ini sesuai dengan UU no. 20 tahun 2003 tentang mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Hal ini menandakan bahwa pendidikan nasional bukanlah hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan atau penyampaian materi dari seorang guru kepada muridnya secara kontinyu di dalam kelas. Pemberian target angka-angka menitikberatkan pada pencapaian kecerdasan yang bersifat kognitif dengan ditandai adanya Ujian Akhir nasional., sedangkan kita juga tidak boleh mengesampingkan kecerdasan psikomotorik dan afektif serta hal yang bersifat sopan santun dan akhlak mulia. Dengan keseimbangan hal tersebut maka peserta didik akan memperoleh kesuksesan. Kesuksesan seseorang tidak bisa ditakar dari pengetahuan dan kemampuan teknis saja., tetapi juga keampuan mengelola diri dan orang lain. (Ali Ibrahim Akbar, 2000) Kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Di dalam Penelitian ini juga dijelaskan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 % oleh hard skill dan sisanya 80 % oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil meraih kesuksesan dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.
Pencapaian pendidikan karakter juga tak luput dari peran seorang guru. Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU no. 14 / 2005). Dimana keprofesionalan guru lebih ditekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen serta strategi penerapannya. Guru juga wajib memberikan hal yang dibutuhkan peserta didik karena selain ilmu pengetahuan peserta didik akan dituntut lebih yang tak hanya tentang kognitifnya di sekolah ketika berada di masyarakat.
Mengoptimalkan peran guru dalam proses pembelajaran juga merupakan usaha yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Banyak guru sekarang ini memandang bahwa pekerjaan yang mereka miliki sekarang adalah usaha aman yang mereka lakoni. Seperti yang kita tahu bahwa banyak guru kita kurang siap dalam mengajar, padahal dapat kita tilik bahwa sebenarnya seorang guru harus memiliki kompetensi guru. Di salah satu situs internet menyebutkan bahwa dari jumlah guru yang ada sekarang yang layak mengajar hanya 16 % dari keseluruhan. Hal ini menandakan bahwa keprihatinan bangsa Indonesia tidak hanya ada pada pendidikan karakter tetapi juga pada guru atau pendidik. Kompetensi professional, kompetensi pribadi, kompetensi masyarakat, dan kompetensi pedagogik seharusnya menjadi pegangan bagi setiap guru sebelum mengajar.
Reference
Anonim. 2011. Indeks Pendidikan Indonesia Menurun. http://edukasi.kompas.com/read/2011/03/02/18555569/Indeks.Pendidikan.Indonesia.Menurun. [3 Maret 2011]
Fakhruddin, Asef Umar. 2009. Menjadi Guru Favorit!. Yogyakarta. DIVA Press.
Silaban, charly. 2007. Pendidikan yang Mencerdaskan dan Berkarakter. http://PendidikanyangMencerdaskandanberkarakterSilabanBrotherhood.htm/2007/08/08. [28 Februari 2011]
Susilo, Muhammad Joko. 2010. Menjadi Guru Profesional Siapa Takut?. Yogyakarta: Lentera Pustaka.
no one is perfect but I want to be a useful
Daftar Blog Saya
Senin, 07 November 2011
Rabu, 22 Juni 2011
Nikmat dan sengsaranya para pecinta nich! (Part 2)
Sekarang ngomongin sengsaranya….siap?
Pastinya harus siap karena resiko orang mencintai itu Cuma 2, yaitu diterima dan ditolak. Bagi yang diterima sich dapet nikmatnya dan bagi yang ditolak? Sengsara euy…tambahan 1 lagi dech bukan diterima atau ditolak tapi dijauhi tanpa konfirmasi…hahhaha.
Gini nich katanya rasa selanjutnya…bagi pecinta yang udah ngerasain di jauhin ma si dia. Dia selalu berpikir untuk tidak menemuinya,, baginya menemuinya berarti ngasih duri dihati karena bakalan sakit banget…inget kata2 ini yang menyebutkan “ asalkan dia bahagia, akupun ikut bahagia”. Bagiku ko munafik banget ya? Bukannya g suka liat orang bahagia tapi ko miris banget kalau si dia bahagia kita menderita banget dengan cinta. Tapi itu bukan tujuan saya bahas ini ntar banyak yang jadi pendendam lagi,heheheh…
Selain g pengin ketemu, orang yang sudah lelah mencintai biasanya topicnya ganti ketika curhat ma temend2nya. Contohnya yang tadinya “ dia itu kaya gini loch, dia itu kaya gitu loch.” Berubah menjadi “ dia itu kaya gini tapi ternyata dia itu……….” Pokoknya jadi ada tambahan kata “ tapi, ternyata dan kawand2nya “ yang mengungkapkan kekecewaan… mungkin sengsara orang yang mencintai berbeda-beda. Kenapa? Karena perlakuan si dia kan berbeda-beda. Dan yang ingin aku bahas sengsaranya buat yang udah mencintai lebih dari 2 tahun. Lama kan? Banget!......
Tadinya sich bener2 g da rasa cinta, tapi lama kelamaan dateng juga. Gimana enggak? Setiap hari ketemu dan mendapat perhatian lebih dari yang lain, dapat barang yang memang diinginkan dari si dia. Eitttttttzzzzzzzzzzz! Jangan terlalu banyak berharap dulu sobat. Si dia yang memperlakukan kamu istimewa belum tentu suka ma kamu. Nach disini titik kesengsaraan mulai terjadi….yang tadinya hubungan deket jadi renggang naudubillah. Biasanya si dia yang ngejauh dan tinggal dilanjutin ma yang ngerasa mencintai……akhirnya bubaran dech semuanya…
Pernah baca autumn in paris karangan liana tan? Melo banget dech dan saranku buat yang g suka romantic jangan sampai membacanya…pipi bisa basah tuch…kan saying, y g?...sengsaranya tara dalam autumn in paris tidak ditemui karena Sebastian tidak pernah meninggalkan tara dan bersikap diantara mereka tidak terjadi apa- apa sampai tara menemukan pria yang layak buat dia cintai…andaikan semua cowok kayak gitu gimana yach? Wah dijamin para ladies g ada yang sakit hati dan ladies akan lebih merasa dilindungi…..
Buat para cowokTidak bisakah kau bersikap layakna sebastian dlm "autumn in paris" yg tdak menjauhi bahkan berniat meninggalkan tara walaupun dy thu bhwa tara menaruh ht pdanya karena dy percya bhwa tara akan menemukan pria terbaikna n sebastian akan membrkan perhatian yg bkan sbg kekasihna...
Pastinya harus siap karena resiko orang mencintai itu Cuma 2, yaitu diterima dan ditolak. Bagi yang diterima sich dapet nikmatnya dan bagi yang ditolak? Sengsara euy…tambahan 1 lagi dech bukan diterima atau ditolak tapi dijauhi tanpa konfirmasi…hahhaha.
Gini nich katanya rasa selanjutnya…bagi pecinta yang udah ngerasain di jauhin ma si dia. Dia selalu berpikir untuk tidak menemuinya,, baginya menemuinya berarti ngasih duri dihati karena bakalan sakit banget…inget kata2 ini yang menyebutkan “ asalkan dia bahagia, akupun ikut bahagia”. Bagiku ko munafik banget ya? Bukannya g suka liat orang bahagia tapi ko miris banget kalau si dia bahagia kita menderita banget dengan cinta. Tapi itu bukan tujuan saya bahas ini ntar banyak yang jadi pendendam lagi,heheheh…
Selain g pengin ketemu, orang yang sudah lelah mencintai biasanya topicnya ganti ketika curhat ma temend2nya. Contohnya yang tadinya “ dia itu kaya gini loch, dia itu kaya gitu loch.” Berubah menjadi “ dia itu kaya gini tapi ternyata dia itu……….” Pokoknya jadi ada tambahan kata “ tapi, ternyata dan kawand2nya “ yang mengungkapkan kekecewaan… mungkin sengsara orang yang mencintai berbeda-beda. Kenapa? Karena perlakuan si dia kan berbeda-beda. Dan yang ingin aku bahas sengsaranya buat yang udah mencintai lebih dari 2 tahun. Lama kan? Banget!......
Tadinya sich bener2 g da rasa cinta, tapi lama kelamaan dateng juga. Gimana enggak? Setiap hari ketemu dan mendapat perhatian lebih dari yang lain, dapat barang yang memang diinginkan dari si dia. Eitttttttzzzzzzzzzzz! Jangan terlalu banyak berharap dulu sobat. Si dia yang memperlakukan kamu istimewa belum tentu suka ma kamu. Nach disini titik kesengsaraan mulai terjadi….yang tadinya hubungan deket jadi renggang naudubillah. Biasanya si dia yang ngejauh dan tinggal dilanjutin ma yang ngerasa mencintai……akhirnya bubaran dech semuanya…
Pernah baca autumn in paris karangan liana tan? Melo banget dech dan saranku buat yang g suka romantic jangan sampai membacanya…pipi bisa basah tuch…kan saying, y g?...sengsaranya tara dalam autumn in paris tidak ditemui karena Sebastian tidak pernah meninggalkan tara dan bersikap diantara mereka tidak terjadi apa- apa sampai tara menemukan pria yang layak buat dia cintai…andaikan semua cowok kayak gitu gimana yach? Wah dijamin para ladies g ada yang sakit hati dan ladies akan lebih merasa dilindungi…..
Buat para cowokTidak bisakah kau bersikap layakna sebastian dlm "autumn in paris" yg tdak menjauhi bahkan berniat meninggalkan tara walaupun dy thu bhwa tara menaruh ht pdanya karena dy percya bhwa tara akan menemukan pria terbaikna n sebastian akan membrkan perhatian yg bkan sbg kekasihna...
Senin, 13 Juni 2011
Pendidikan yang Mencerdaskan dan Berkarakter
Penyelenggaraan pendidikan nasional tidak semata mentransfer ilmu dan pengetahuan serta teknologi kepada peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan harus bisa menumbuhkan semangat kebangsaan sebagai warga bangsa dengan karakter ke-Indonesia-an. Menanamkan pendidikan berkarakter tidaklah mudah. Diperlukan proses yang panjang dalam membangun karakter itu sendiri. Watak atau karakter peserta didik terbangun ketika ada sebuah system yang kuat dalam mengembangkan budaya sekolah atau school culture.
Seperti contoh di Yayasan Soposurung yang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dirintis oleh TB Silalahi. Sekolah dengan misi membangun karakter itu, setiap tahun merekrut 40 siswa berprestasi dari sekitar Sumut untuk disekolahkan di SMAN 2 Soposurung, Balige, dan diasramakan di asrama yang disediakan selama mereka sekolah di SMA. Semuanya dengan biaya gratis. Mereka memperoleh fasilitas tempat tinggal, makan, seragam yang dipakai di asrama, kegiatan ekstrakurikuler, fasilitas ruang komputer dan internet. Di asrama para siswa mengikuti berbagai aktivitas atau pun kegiatan ekstrakurikuler.
Secara sederhana pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan sehingga mempengaruhi karakter anak-anak yang diajar. Namun secara lebih fokus, kita lihat seperti yang diutarakan Dr Thomas Lickona mengenai definisi Pendidikan Berkarakter, bahwa “pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.” Dalam bukunya, Educating for Character,1 Dr Lickona menegaskan bahwa “Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar – bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam. ”
Apa yang dikemukan dalam model Dr Lickona adalah bahwa hal itu menggambarkan proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan dengan demikian menyediakan dasar yang terpadu untuk struktur yang koheren dan komprehensif. Ini memberitahu kita bahwa kita perlu terlibat dalam kegiatan anak-anak kita yang membuat mereka berpikir kritis tentang pertanyaan-pertanyaan moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen untuk tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk mempraktekkan perilaku moral dan etika.
Tujuan pendidikan berkarakter adalah mengembangkan pemikir independen yang memiliki komitmen moral dalam kehidupan mereka, dan yang cenderung melakukan hal yang benar bahkan dalam keadaan menantang. Inisiatif Pendidikan Berkarakter bisa sangat sederhana, seperti salah satu guru yang baik melakukan beberapa hal dengan benar, atau mereka dapat menjadi sangat rumit, melibatkan semua orang dan segala sesuatu di sekolah. Apa yang dilakukan mungkin akan tergantung pada keadaan.
Kebijakan populer berpendapat bahwa cara terbaik untuk menerapkan pendidikan karakter adalah melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan pembangunan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Pendekatan ini juga dikenal sebagai Reformasi sekolah keseluruhan, dan itu adalah masalah besar. Berikut adalah beberapa fitur yang membedakan model holistik:
• Segala sesuatu di sekolah ini disusun di sekitar pengembangan hubungan antara dan di kalangan siswa, staf, dan masyarakat.
• Sekolah adalah komunitas pelajar peduli di mana ada ikatan yang terasa menghubungkan siswa, staf, dan sekolah.
• pembelajaran Sosial dan emosional ditekankan sebanyak pembelajaran akademis.
• Kerjasama dan kolaborasi antar siswa ditekankan atas persaingan.
• Nilai-nilai seperti keadilan, menghormati, dan kejujuran adalah bagian dari pelajaran sehari-hari dalam dan diluar kelas.
• Siswa diberi kesempatan yang luas untuk mempraktekkan perilaku moral melalui berbagai kegiatan seperti Belajar Melayani.
• Disiplin dan pengelolaan kelas berkonsentrasi pada pemecahan masalah daripada imbalan dan hukuman (Reward and punishment)
• model lama yang berpusat pada guru kelas ditinggalkan dan diganti menjadi kelas demokratis di mana guru dan siswa kelas mengadakan pertemuan untuk membangun kesatuan, menetapkan norma-norma, dan memecahkan masalah.
Referensi
topatopeng.smamda.org/2009/09/.../pendidikan-berkarakter-i/
Suara Pembaruan
jeefuu.net
wijayalabs.wordpress.com/2009/.../pendidikan-berkarakter
Seperti contoh di Yayasan Soposurung yang merupakan sebuah lembaga pendidikan yang dirintis oleh TB Silalahi. Sekolah dengan misi membangun karakter itu, setiap tahun merekrut 40 siswa berprestasi dari sekitar Sumut untuk disekolahkan di SMAN 2 Soposurung, Balige, dan diasramakan di asrama yang disediakan selama mereka sekolah di SMA. Semuanya dengan biaya gratis. Mereka memperoleh fasilitas tempat tinggal, makan, seragam yang dipakai di asrama, kegiatan ekstrakurikuler, fasilitas ruang komputer dan internet. Di asrama para siswa mengikuti berbagai aktivitas atau pun kegiatan ekstrakurikuler.
Secara sederhana pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang dilakukan sehingga mempengaruhi karakter anak-anak yang diajar. Namun secara lebih fokus, kita lihat seperti yang diutarakan Dr Thomas Lickona mengenai definisi Pendidikan Berkarakter, bahwa “pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.” Dalam bukunya, Educating for Character,1 Dr Lickona menegaskan bahwa “Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar – bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam. ”
Apa yang dikemukan dalam model Dr Lickona adalah bahwa hal itu menggambarkan proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan dengan demikian menyediakan dasar yang terpadu untuk struktur yang koheren dan komprehensif. Ini memberitahu kita bahwa kita perlu terlibat dalam kegiatan anak-anak kita yang membuat mereka berpikir kritis tentang pertanyaan-pertanyaan moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen untuk tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk mempraktekkan perilaku moral dan etika.
Tujuan pendidikan berkarakter adalah mengembangkan pemikir independen yang memiliki komitmen moral dalam kehidupan mereka, dan yang cenderung melakukan hal yang benar bahkan dalam keadaan menantang. Inisiatif Pendidikan Berkarakter bisa sangat sederhana, seperti salah satu guru yang baik melakukan beberapa hal dengan benar, atau mereka dapat menjadi sangat rumit, melibatkan semua orang dan segala sesuatu di sekolah. Apa yang dilakukan mungkin akan tergantung pada keadaan.
Kebijakan populer berpendapat bahwa cara terbaik untuk menerapkan pendidikan karakter adalah melalui pendekatan holistik yang mengintegrasikan pembangunan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah. Pendekatan ini juga dikenal sebagai Reformasi sekolah keseluruhan, dan itu adalah masalah besar. Berikut adalah beberapa fitur yang membedakan model holistik:
• Segala sesuatu di sekolah ini disusun di sekitar pengembangan hubungan antara dan di kalangan siswa, staf, dan masyarakat.
• Sekolah adalah komunitas pelajar peduli di mana ada ikatan yang terasa menghubungkan siswa, staf, dan sekolah.
• pembelajaran Sosial dan emosional ditekankan sebanyak pembelajaran akademis.
• Kerjasama dan kolaborasi antar siswa ditekankan atas persaingan.
• Nilai-nilai seperti keadilan, menghormati, dan kejujuran adalah bagian dari pelajaran sehari-hari dalam dan diluar kelas.
• Siswa diberi kesempatan yang luas untuk mempraktekkan perilaku moral melalui berbagai kegiatan seperti Belajar Melayani.
• Disiplin dan pengelolaan kelas berkonsentrasi pada pemecahan masalah daripada imbalan dan hukuman (Reward and punishment)
• model lama yang berpusat pada guru kelas ditinggalkan dan diganti menjadi kelas demokratis di mana guru dan siswa kelas mengadakan pertemuan untuk membangun kesatuan, menetapkan norma-norma, dan memecahkan masalah.
Referensi
topatopeng.smamda.org/2009/09/.../pendidikan-berkarakter-i/
Suara Pembaruan
jeefuu.net
wijayalabs.wordpress.com/2009/.../pendidikan-berkarakter
RESENSI
Judul Buku : Dakwah Kultural Muhammadiyah
Penulis : PP Muhammadiyah
Terbit : Suara Muhammadiyah
Cetakan : pertama, Maret 2004
kedua, Agustus 2005
Tebal : 120 halaman
Kelanjutan dari pelaksanaan keputusan Sidang Tanwir Muhammadiyah di Denpasar tahun 2002 dan Tanwir di Makasar tahun 2003 akhirnya sampai pada penerbitan buku yang berjudul Dakwah Kultural Muhammadiyah. Ini sebagai bukti dari realisasi keputusan yang diamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kemudian dimasyarakatkan dan diwujudkan dalam gerakan dakwah.
Gerakan Dakwah Muhammadiyah begitu sangat sederhana tetapi mengena di setiap individu karena tidak harus dengan perilaku tetapi bisa juga dengan tulisan. Keserdahanaan Muhamadiyah juga terangkum dalam bahasa yang digunakan di buku ini, dimana bahasanya mudah dipahami dan dimengerti. Walaupun lebih terkesan membosankan jika kita hanya sekedar membaca tanpa memahami setiap kata karena dibuku ini menggunakan bahasa yang formal dan terkesan seperti sedang membaca buku pelajaran.
Buku Dakwah Kultural Muhammadiyah ini memiliki beberapa bab yang setiap babnya terdapat potongan surat Al Quran sehingga pembaca merasa yakin jika ingin mengamalkan isi dari buku ini.
Keruntutan buku ini merupakan salah satu metode untuk menarik pembaca agar mereka bisa terbawa dalam proses. Disini dikenalkan mengenai pengertian dakwah , dakwah kultural dan melalui jalan apa dakwah kultural itu dapt dilakukan.
Terkadang dakwah dikaitkan dengan tabligh dan kita sendiri dibingungkan mengenai perbedaan tersebut. Di dalam buku ini menjelaskan mengenai perbedaan itu. Secara kebahasaan dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan tabligh berarti penyampaian materi (BAB II halaman 19-20).
Ternyata setiap muslim di dunia ini memiliki kewajiban untuk menyampaikan pesan dakwah kapan dan di manapun sebagaimana Hadits Nabi, “sampaikanlah olehmu dariku, walaupun hanya satu ayat” (halaman 67). Kesadaran ini sudah harus ada pada diri kita sendiri dan bagi yang ingin menghilangkan penasaran mengenai bagaimana jalur yang kita tempuh untuk melakukan dakwah kultural, di buku ini dikupas tuntas dari bab V sampai bab VII mengenai masalah ini.
Beberapa diantaranya “Dakwah Kultural Melalui Apresiasi Seni”, ini menerangkan mengenai fitrah manusia tentang Islam yang merujuk pada kebajikan dan kebatilan. Dan itu dapat dilakukan dengan naluri manusia yang terkandung dalam pengapresiasikan seni.
Di isi bagian “Dakwah Kultural Melalui Multimedia” kita tahu bahwa semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan pengaruh globalisasi enyebabkan kita harus pintar memanfaatkan saraa yang ada, kita bisa mengetaui tentang teknologi yang dibarengi dengan pahala elalui jalan dakwah darinya.
Di isi selanjutya “Dakwah Kultural Melalui Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah” membahas mengenai keseluruhan gerakan jamaah dan dakwah jamaah sampai pada dakwah yang menuju masyarakat madani.
Penggunaan bahasa yang ringkas, tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti membuat kita mudah juga dalam mengambil hikmah sehingga setelah membaca buku ini kita dapat mengambil nilai positif mengenai dakwah dan penerapannya karena pada hakikatnya kita diciptakan untuk menjadi seorang pengingat bagi muslim lainnya.
Penulis : PP Muhammadiyah
Terbit : Suara Muhammadiyah
Cetakan : pertama, Maret 2004
kedua, Agustus 2005
Tebal : 120 halaman
Kelanjutan dari pelaksanaan keputusan Sidang Tanwir Muhammadiyah di Denpasar tahun 2002 dan Tanwir di Makasar tahun 2003 akhirnya sampai pada penerbitan buku yang berjudul Dakwah Kultural Muhammadiyah. Ini sebagai bukti dari realisasi keputusan yang diamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang kemudian dimasyarakatkan dan diwujudkan dalam gerakan dakwah.
Gerakan Dakwah Muhammadiyah begitu sangat sederhana tetapi mengena di setiap individu karena tidak harus dengan perilaku tetapi bisa juga dengan tulisan. Keserdahanaan Muhamadiyah juga terangkum dalam bahasa yang digunakan di buku ini, dimana bahasanya mudah dipahami dan dimengerti. Walaupun lebih terkesan membosankan jika kita hanya sekedar membaca tanpa memahami setiap kata karena dibuku ini menggunakan bahasa yang formal dan terkesan seperti sedang membaca buku pelajaran.
Buku Dakwah Kultural Muhammadiyah ini memiliki beberapa bab yang setiap babnya terdapat potongan surat Al Quran sehingga pembaca merasa yakin jika ingin mengamalkan isi dari buku ini.
Keruntutan buku ini merupakan salah satu metode untuk menarik pembaca agar mereka bisa terbawa dalam proses. Disini dikenalkan mengenai pengertian dakwah , dakwah kultural dan melalui jalan apa dakwah kultural itu dapt dilakukan.
Terkadang dakwah dikaitkan dengan tabligh dan kita sendiri dibingungkan mengenai perbedaan tersebut. Di dalam buku ini menjelaskan mengenai perbedaan itu. Secara kebahasaan dakwah berarti panggilan, seruan atau ajakan, sedangkan tabligh berarti penyampaian materi (BAB II halaman 19-20).
Ternyata setiap muslim di dunia ini memiliki kewajiban untuk menyampaikan pesan dakwah kapan dan di manapun sebagaimana Hadits Nabi, “sampaikanlah olehmu dariku, walaupun hanya satu ayat” (halaman 67). Kesadaran ini sudah harus ada pada diri kita sendiri dan bagi yang ingin menghilangkan penasaran mengenai bagaimana jalur yang kita tempuh untuk melakukan dakwah kultural, di buku ini dikupas tuntas dari bab V sampai bab VII mengenai masalah ini.
Beberapa diantaranya “Dakwah Kultural Melalui Apresiasi Seni”, ini menerangkan mengenai fitrah manusia tentang Islam yang merujuk pada kebajikan dan kebatilan. Dan itu dapat dilakukan dengan naluri manusia yang terkandung dalam pengapresiasikan seni.
Di isi bagian “Dakwah Kultural Melalui Multimedia” kita tahu bahwa semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan pengaruh globalisasi enyebabkan kita harus pintar memanfaatkan saraa yang ada, kita bisa mengetaui tentang teknologi yang dibarengi dengan pahala elalui jalan dakwah darinya.
Di isi selanjutya “Dakwah Kultural Melalui Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah” membahas mengenai keseluruhan gerakan jamaah dan dakwah jamaah sampai pada dakwah yang menuju masyarakat madani.
Penggunaan bahasa yang ringkas, tidak berbelit-belit dan mudah dimengerti membuat kita mudah juga dalam mengambil hikmah sehingga setelah membaca buku ini kita dapat mengambil nilai positif mengenai dakwah dan penerapannya karena pada hakikatnya kita diciptakan untuk menjadi seorang pengingat bagi muslim lainnya.
Minggu, 12 Juni 2011
Pentingnya Pendidikan Karakter
Akhir-akhir ini masih hangat di telinga kita semua bahwa pemerintah sedang menggalakkan pendidikan karakter. Hal ini dilatarbelakangi karena lulusan yang memiliki nilai yang bagus belum tentu memiliki moralitas dan mentalitas yang bagus. Banyak siswa yang memiliki kelakuan yang tidak selayaknya bagi seorang siswa. Konsep pendidikan yang tidak hanya mengacu pada nilai seharusnya sudah dilaksanakan oleh lembaga pendidikan agar manusia Indonesia memiliki karakter yang jelas. Dengan demikian keindonesiaan dari generasi penerus dapat mengerti kaidah pendidikan sesungguhnya, bahwa selain mendapatkan nilai kognitif mereka juga memiliki hak untuk dapat memperoleh pelajaran yang berhubungan dengan pembentukan karakter. Jangan sampai generasi mendatang sama saja dengan generasi-generasi sebelumnya yang belum sadar terhadap nilai-nilai sosial yang seharusnya dibangun.
Pendidikan karakter juga bisa dikembangkan sehingga dapat mencengah hal yang tidak diinginkan oleh seiring berkembangnya kemajuan teknologi dan komunikasi. Di era globalisasi ini tentu kita tidak dapat menutup telinga dan mata kita bahwa tidak hanya pengaruh positif saja yang bisa masuk ke dalam benak generasi muda nanti tetapi juga pengaruh negative yang mulai merajai kehidupan mereka sehingga mereka lupa dengan tugas dan belum memahami tujuan Negara Indonesia sesungguhnya.
Menurut Koesoema (2007) dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter”, memberikan gambaran tentang karakter sebagai berikut:
“Disini, istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.”
Jelas dikatakan bahwa karakter sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi karena ini bisa menjadi ciri khas atau landasan suatu bangsa. Selain dari keluarga dan bawaan sejak lahir, ciri khas ini juga bisa didapatkan dari masyarakat yakni sekolah. Sekolah merupakan tempat efektif untuk membentuk budaya yang sopan dan berakhlak
Pendidikan karakter berarti suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manjadi insan kamil (sempurna).
Dengan demikian yang memiliki peran besar dalam penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) di sekolah adalah guru. Selain tugas guru yang mentransfer ilmu pengetahuan dan wawasaan, mereka juga dituntut agar bisa lebih proaktif lagi dengan menggerakkan peserta didik untuk menyeimbangi kemampuan kognitifnya dengan kemampuan psikomotorik, afektif, sopan santun dan akhlak mulia.
Pendidikan karakter juga bisa dikembangkan sehingga dapat mencengah hal yang tidak diinginkan oleh seiring berkembangnya kemajuan teknologi dan komunikasi. Di era globalisasi ini tentu kita tidak dapat menutup telinga dan mata kita bahwa tidak hanya pengaruh positif saja yang bisa masuk ke dalam benak generasi muda nanti tetapi juga pengaruh negative yang mulai merajai kehidupan mereka sehingga mereka lupa dengan tugas dan belum memahami tujuan Negara Indonesia sesungguhnya.
Menurut Koesoema (2007) dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter”, memberikan gambaran tentang karakter sebagai berikut:
“Disini, istilah karakter dianggap sama dengan kepribadian. Kepribadian dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat khas dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, dan juga bawaan seseorang sejak lahir.”
Jelas dikatakan bahwa karakter sangat diperlukan dalam menghadapi era globalisasi karena ini bisa menjadi ciri khas atau landasan suatu bangsa. Selain dari keluarga dan bawaan sejak lahir, ciri khas ini juga bisa didapatkan dari masyarakat yakni sekolah. Sekolah merupakan tempat efektif untuk membentuk budaya yang sopan dan berakhlak
Pendidikan karakter berarti suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga manjadi insan kamil (sempurna).
Dengan demikian yang memiliki peran besar dalam penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) di sekolah adalah guru. Selain tugas guru yang mentransfer ilmu pengetahuan dan wawasaan, mereka juga dituntut agar bisa lebih proaktif lagi dengan menggerakkan peserta didik untuk menyeimbangi kemampuan kognitifnya dengan kemampuan psikomotorik, afektif, sopan santun dan akhlak mulia.
puisi bahasa inggris.
berbagai macam jenis puisi bahasa inggris, yang diantaranya adalah ballad, cinquain, acrostic, Fable poetry, dan lain-lainnya...kalau pengertiannya sendiri aku juga agak bingung tapi aku coba-coba aja bikin puisi-puisi tersebut. tadinya sich aku bikin puisi ini buat ikut salah satu komunitas pencipta puisi bahasa inggris, tetapi berhubung nasib dari komunitas ini makin lama makin g jelas jadi karanganku tak posting aja disini, siapa tahu ada yang mau baca dan komentar. puisi bagiku adalah sebuah ungkapan hati yang mungkin orang lain g bisa memahaminya kecuali si pencipta. puisi itu biasanya bersifat jujur. apalagi kalau puisi-puisi modern sekarang-sekarang ini. penciptanya tidak terlalu diribetkan dengan aturan dalam pembuatan puisi. biasanya pencipta puisi modern lebih mengalir aja, banyaknya komentar tak menjadikan penurunan semangat membuat puisi.
aku coba buat puisi bahasa inggris yang dari ungkapan perasaanku beberapa bulan yang lalu:
jenis acrostic
True love
This is a loyalty
Reach the name of love
Understand of life meaningful
Endless from sad
Love makes everybody feels their life
Only someone in heart forever
Valuable like in paradise
Everybody is happy with it
jenis fable poetry
The pieces of memorable with you
I`ll remember with that moment
When you beside me
My life is meaningful
You always stay when I need
You come when I cry
Your spirit is my spirit
Although I am awareness this is not love
But you know that is is valuable
As jewel in the wave sea
And the jasmine aromatic in the garden
Although you never ever come back to me
Because you leave me alone suddenly
As a rainbow which comes for temporary
But it is real
Which I am not still holding out in this situation
You must know that yesterday was stuck in the moment
Which offend and stuck in heart
Like history which did not lost by period
Like the story of romeo and Juliet
And like edelwise eternal on the top of mountain
jenis cinquain
My figure
Angel
Hero in life
She protect and full love
Make me safety and happy
Mother
aku coba buat puisi bahasa inggris yang dari ungkapan perasaanku beberapa bulan yang lalu:
jenis acrostic
True love
This is a loyalty
Reach the name of love
Understand of life meaningful
Endless from sad
Love makes everybody feels their life
Only someone in heart forever
Valuable like in paradise
Everybody is happy with it
jenis fable poetry
The pieces of memorable with you
I`ll remember with that moment
When you beside me
My life is meaningful
You always stay when I need
You come when I cry
Your spirit is my spirit
Although I am awareness this is not love
But you know that is is valuable
As jewel in the wave sea
And the jasmine aromatic in the garden
Although you never ever come back to me
Because you leave me alone suddenly
As a rainbow which comes for temporary
But it is real
Which I am not still holding out in this situation
You must know that yesterday was stuck in the moment
Which offend and stuck in heart
Like history which did not lost by period
Like the story of romeo and Juliet
And like edelwise eternal on the top of mountain
jenis cinquain
My figure
Angel
Hero in life
She protect and full love
Make me safety and happy
Mother
Nikmat dan sengsaranya para pecinta nich! (Part 1)
Lagi, cinta yang akan saya bahas. Sebenernya saya kurang tertarik untuk membahasnya tapi kalau saya inget umur saya yang sudah bisa dibilang cocok untuk memiliki pasangan,,ya agak kelabakan juga sich,,,hehehe…………gimana enggak? selama 21 tahun terakhir belum pernah ngerasain yang namanya “ pacaran “. Kata dosen sertifikasiku jodoh itu dicarikan bukan mencari……saya tekankan lagi “ dicarikan “ hahahha……
Tapi bukan perkara itu yang ingin aku bahas disini, biarin aja hal yang tadi aku ceritakan mengalir begitu aja karena ada yang bilang kalau cinta itu “jorok”….weee, ko bisa? Karena cinta itu tak mengenal tempat, waktu, dan cinta bisa datang dimana aja, kapan aja serta sama siapa aja. Sepakat?
Hmm,,, dibilang saya g bahas yang itu juga, jadi kita beralih pada topic yang sesungguhnya. Duile…bahasanya…..
First, again, again, and again. Cinta punya asem manisnya lho. Berhubung saya belum merasakan yang namanya “di cintai” jadi disini aku bakal nyeritain nikmat dan sengsaranya “mencintai”. Kita mulai dari nikmatnya dulu yach…
Banyak nilai positif dari mencintai orang, beberapa contohnya kita lebih bersemangat melakukan apa aja, dari belajar lebih tekun biar keliatan pinter di depannya. Mulai belajar dandan biar keliatan cantik, ngirit alias hemat biar uangnya bisa ditabung buat beli barang yang si dia pengin, niatnya sich biar si dia jadi berpikiran “ wah pengertian banget cewek ini” bener g? dan saya yakin benar omongan saya. (PD abizzzzzzzzz). Serasa dunia selalu musim semi karena kalau liat cowok yang disukai pasti senyum-senyum g jelas, ada perasaan buat menghentikan putaran jam dan selalu bersamanya. Pengorbanan juga biasa di lakukan para pecinta. Dia hanya mikirin kebahagiaan si dia yang dicintai. Setiap hari bahasnya si dia terus mpe temend2nya bosen, dari yang baik sampai yang paling baik dan lebih baik lagi. Bagi yang mencintai itu si dia g pernah salah. Pokoknya baiknya aja dech yang ada di depan mata.
To be continue…………..
Tapi bukan perkara itu yang ingin aku bahas disini, biarin aja hal yang tadi aku ceritakan mengalir begitu aja karena ada yang bilang kalau cinta itu “jorok”….weee, ko bisa? Karena cinta itu tak mengenal tempat, waktu, dan cinta bisa datang dimana aja, kapan aja serta sama siapa aja. Sepakat?
Hmm,,, dibilang saya g bahas yang itu juga, jadi kita beralih pada topic yang sesungguhnya. Duile…bahasanya…..
First, again, again, and again. Cinta punya asem manisnya lho. Berhubung saya belum merasakan yang namanya “di cintai” jadi disini aku bakal nyeritain nikmat dan sengsaranya “mencintai”. Kita mulai dari nikmatnya dulu yach…
Banyak nilai positif dari mencintai orang, beberapa contohnya kita lebih bersemangat melakukan apa aja, dari belajar lebih tekun biar keliatan pinter di depannya. Mulai belajar dandan biar keliatan cantik, ngirit alias hemat biar uangnya bisa ditabung buat beli barang yang si dia pengin, niatnya sich biar si dia jadi berpikiran “ wah pengertian banget cewek ini” bener g? dan saya yakin benar omongan saya. (PD abizzzzzzzzz). Serasa dunia selalu musim semi karena kalau liat cowok yang disukai pasti senyum-senyum g jelas, ada perasaan buat menghentikan putaran jam dan selalu bersamanya. Pengorbanan juga biasa di lakukan para pecinta. Dia hanya mikirin kebahagiaan si dia yang dicintai. Setiap hari bahasnya si dia terus mpe temend2nya bosen, dari yang baik sampai yang paling baik dan lebih baik lagi. Bagi yang mencintai itu si dia g pernah salah. Pokoknya baiknya aja dech yang ada di depan mata.
To be continue…………..
Langganan:
Komentar (Atom)